Saturday, October 25, 2008

Ketika Keiklasan Dipertanyakan






Assalamualaikum warrahmatullah Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahiim.

Ikhlas adalah satu kata yang mungkin semua orang sudah mengenalnya dan tak asing lagi dipendengaran.Bahkan mungkin anak-anak seumur sekolah Dasar pun mengetahui dan sudah akrab dipendengaran mereka.

namun ada satu hal yang mungkin belum atau tidak pernah kita tahu keikhlasan dalam bentuk apa dan bagaimanakah keikhlasan yang sebenarnya itu?

Apakah seseorang yang sudah mencoba berusaha dan bekerja lalu dia berserah diri dan tawakal adalah sebuah keikhlasan? ataukah seseorang yang memberikan sadaqah tanpa dan dengan tidak memberitahukannya pada orang lain itu sudah dapat dikatakan ikhlas?





Aku berpikir dan mencoba menerjemahkan apa yang selama ini ada dalam hatiku, semampu kekuatan dan daya fikir akalku yang sangat dangkal ilmu ini.

Mencoba mencari hikmah dari sebuah kata ikhlas, apa aku seorang yang ikhlas jika aku menjadi seorang donatur sebuah yayasan tanpa seorang pun tahu? atau apakah aku sudah menjadi seorang yang ikhlas jika aku memberikan fakir miskin makanan tanpa seorang pun tahu, atau apakah aku sudah dikategorikan seorang yang ikhlas jika aku satu saat meemberikan bantuan pada siapapun yang membutuhkannya tanpa mengharap balasan> ataukah aku sudah disejajarkan dengan jajaran mukhlisin jika aku tiap waktu beribadah dengan tak ada seorangpun yang tahu akan ibadahku?

Di satu sisi, mungkin bisa dikatakan ikhlas,.tapi apakah kata ikhlas itu sendiri sudah tentu kita bisa men-cap-nya pada diri seseorang dengan hanya perbuatan yang hanya bisa diketahui dengan kasat mata?.

Ah, akupun merenung, bukankah keikhlasan itu sendiri mungkin(sekali lagi mungkin) hanya Allah lah yang berkah menilai atau memberikan titel itu?.

Terlepas dari siapa yang berhak memberikan titel mukhlis itu sendiri, aku merenung dengan keseharian yang kukira bisa dijadikan bahan untuk merenungi atau mengambil hikmahnya.

Jika kita melaksanakan ibadah( dalam arti secara umum), apapun itu bentuknya, baik itu shalat, puasa, zakat, shadaqah, dan amalan lainnya.Pernahkah terbersit dihati kita bahwa kita telah berusaha beramal(baca:beribadah)? dan pernahkah kita berpikir atau berharap bahwa kita mengharap pahala dari apa yang telah kita kerjakan? (walau dari segi kasat mata, misalnya tak ada seorang pun tahu akan bentuk amal ibadah kita.

lalu aku tertegun menyikapi diri yang kadang atau bahkan sering berharap pahala itu,(walau mungkin bentuk ibadahku jauh lebih sedikit atau tak ada artinya dibanding amalan anak sekolah dasar), tapi tetap saja aku mengharapkan pahala dari Allah.

Dalam ketertegunan dan dalam rangka menafakuri diri, terbersit di ingatanku, sudahkah aku berusaha ikhlas? sementara aku sendiri berharap pahala seperti biasanya jika aku selesai mengerjakan satu amalan?apakah hal tersebut termasuk dari salah satu bentuk ketidak ikhlasan karena aku beribadah semata mengharapkan pahala?

Jawabannya, Wallahu'alam,aku tak pernah tahu apakah memang aku telah berusaha ikhlas dengan sebenar-benarnya ikhlas, ataukah hanya ikhlas dalam arti di dunia saja..

Ya Allah salahkah jika aku berharap pahala? ataukah tak seharusnya aku berharap , karena hanya Engkaulah yang Kuasa untuk menentukan pahala seseorang itu dilihat dari kadar keikhlasan dan kadar keimanan dari orang itu sendiri?

Sebagai bentuk ketaqwaanku, aku hanya bisa berusaha melaksanakan apa yang Engkau perintahkan sesuai dengan kemampuanku, dan selebihnya, aku hanya berharap mendapat Ridha dan Rahmatmu untukku di dunia ini dan di akhirat nanti, (karena urusan pahala adalah hak mutlak Engkau).

Wallohu'alambissawwab.








1 comment:

Anonymous said...

Ass...

Kepada penulis yang terhormat. Cerita yang menarik. Namun ada pertanyaan yang mungkin akan membuka sedikit pandangan tentang iklas (tidak mengharapkan?)

"Mengapa Allah menciptakan surga? dan mengapa pula memberitahukannya pada manusia?"

untuk itulah, agar manusia terpacu berusaha untuk lebih baik. Sehingga apakah mengharap pahala berarti tak iklas? Bukannya Allah memang memberikan imbalan bagi manusia yang beriman dan bertaqwa?

Yakinlah, Allah Maha Tahu, Adil dan Bijaksana