Tuesday, October 28, 2008

Pada-Mu






Pada-Mu

Pada-Mu
Kutitipkan secuil asa
Pada gemericik air lumatkan ketenangan
Dalam bejana cinta terulurkan segala

pada-Mu
Kusandarkan segenggam cinta
pada rangkai kalimat indah tertuang
Dalam kendi kasih yang terseduhkan

Pada-Mu
Kubenamkan segala ketakutanku
Pada jilat bara kekal-Mu
Dalam sungkur menjadi batu

Pada-Mu
Kugantungkan setumpuk harap
Pada nampan ridha-Mu membaur
Dalam sungai firdaus tercita rahmat-Mu



Read More......

Saturday, October 25, 2008

Ketika Keiklasan Dipertanyakan






Assalamualaikum warrahmatullah Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahiim.

Ikhlas adalah satu kata yang mungkin semua orang sudah mengenalnya dan tak asing lagi dipendengaran.Bahkan mungkin anak-anak seumur sekolah Dasar pun mengetahui dan sudah akrab dipendengaran mereka.

namun ada satu hal yang mungkin belum atau tidak pernah kita tahu keikhlasan dalam bentuk apa dan bagaimanakah keikhlasan yang sebenarnya itu?

Apakah seseorang yang sudah mencoba berusaha dan bekerja lalu dia berserah diri dan tawakal adalah sebuah keikhlasan? ataukah seseorang yang memberikan sadaqah tanpa dan dengan tidak memberitahukannya pada orang lain itu sudah dapat dikatakan ikhlas?





Aku berpikir dan mencoba menerjemahkan apa yang selama ini ada dalam hatiku, semampu kekuatan dan daya fikir akalku yang sangat dangkal ilmu ini.

Mencoba mencari hikmah dari sebuah kata ikhlas, apa aku seorang yang ikhlas jika aku menjadi seorang donatur sebuah yayasan tanpa seorang pun tahu? atau apakah aku sudah menjadi seorang yang ikhlas jika aku memberikan fakir miskin makanan tanpa seorang pun tahu, atau apakah aku sudah dikategorikan seorang yang ikhlas jika aku satu saat meemberikan bantuan pada siapapun yang membutuhkannya tanpa mengharap balasan> ataukah aku sudah disejajarkan dengan jajaran mukhlisin jika aku tiap waktu beribadah dengan tak ada seorangpun yang tahu akan ibadahku?

Di satu sisi, mungkin bisa dikatakan ikhlas,.tapi apakah kata ikhlas itu sendiri sudah tentu kita bisa men-cap-nya pada diri seseorang dengan hanya perbuatan yang hanya bisa diketahui dengan kasat mata?.

Ah, akupun merenung, bukankah keikhlasan itu sendiri mungkin(sekali lagi mungkin) hanya Allah lah yang berkah menilai atau memberikan titel itu?.

Terlepas dari siapa yang berhak memberikan titel mukhlis itu sendiri, aku merenung dengan keseharian yang kukira bisa dijadikan bahan untuk merenungi atau mengambil hikmahnya.

Jika kita melaksanakan ibadah( dalam arti secara umum), apapun itu bentuknya, baik itu shalat, puasa, zakat, shadaqah, dan amalan lainnya.Pernahkah terbersit dihati kita bahwa kita telah berusaha beramal(baca:beribadah)? dan pernahkah kita berpikir atau berharap bahwa kita mengharap pahala dari apa yang telah kita kerjakan? (walau dari segi kasat mata, misalnya tak ada seorang pun tahu akan bentuk amal ibadah kita.

lalu aku tertegun menyikapi diri yang kadang atau bahkan sering berharap pahala itu,(walau mungkin bentuk ibadahku jauh lebih sedikit atau tak ada artinya dibanding amalan anak sekolah dasar), tapi tetap saja aku mengharapkan pahala dari Allah.

Dalam ketertegunan dan dalam rangka menafakuri diri, terbersit di ingatanku, sudahkah aku berusaha ikhlas? sementara aku sendiri berharap pahala seperti biasanya jika aku selesai mengerjakan satu amalan?apakah hal tersebut termasuk dari salah satu bentuk ketidak ikhlasan karena aku beribadah semata mengharapkan pahala?

Jawabannya, Wallahu'alam,aku tak pernah tahu apakah memang aku telah berusaha ikhlas dengan sebenar-benarnya ikhlas, ataukah hanya ikhlas dalam arti di dunia saja..

Ya Allah salahkah jika aku berharap pahala? ataukah tak seharusnya aku berharap , karena hanya Engkaulah yang Kuasa untuk menentukan pahala seseorang itu dilihat dari kadar keikhlasan dan kadar keimanan dari orang itu sendiri?

Sebagai bentuk ketaqwaanku, aku hanya bisa berusaha melaksanakan apa yang Engkau perintahkan sesuai dengan kemampuanku, dan selebihnya, aku hanya berharap mendapat Ridha dan Rahmatmu untukku di dunia ini dan di akhirat nanti, (karena urusan pahala adalah hak mutlak Engkau).

Wallohu'alambissawwab.








Read More......

Kisah Berpisahnya Roh Dari jasad



Dalam sebuah hadith daripada Aisyah r.a katanya, "Aku sedang duduk bersila di dalam rumah. Tiba-tiba Rasulullah S.A.W datang dan masuk sambil memberi salam kepadaku. Aku segera bangun kerana menghormati dan memuliakannya sebagaimana kebiasaanku di waktu baginda masuk ke dalam rumah. Nabi S.A.W bersabda, "Duduklah di tempat duduk, tidak usahlah berdiri, wahai Ummul Mukminin." Maka Rasulullah S.A.W duduk sambil meletakkan kepalanya di pangkuanku, lalu baginda berbaring dan tertidur.

Maka aku hilangkan uban pada janggutnya, dan aku dapat 19 rambut yang sudah putih. Maka terfikirlah dalam hatiku dan aku berkata, "Sesungguhnya baginda akan meninggalkan dunia ini sebelum aku sehingga tetaplah satu umat yang ditinggalkan olehnya nabinya." Maka aku menangis sehingga mengalir air mataku jatuh menitis pada wajah baginda.
Baginda terbangun dari tidurnya seraya bertanya, "Apakah sebabnya sehingga engkau menangis wahai Ummul Mukminin?" Masa aku ceritakan kisah tadi kepadanya, lalu Rasulullah S.A.W bertanya, "Keadaan bagaimanakah yang hebat bagi mayat?" Kataku, "Tunjukkan wahai Rasulullah!"






Maka aku hilangkan uban pada janggutnya, dan aku dapat 19 rambut yang sudah putih. Maka terfikirlah dalam hatiku dan aku berkata, "Sesungguhnya baginda akan meninggalkan dunia ini sebelum aku sehingga tetaplah satu umat yang ditinggalkan olehnya nabinya." Maka aku menangis sehingga mengalir air mataku jatuh menitis pada wajah baginda.
Baginda terbangun dari tidurnya seraya bertanya, "Apakah sebabnya sehingga engkau menangis wahai Ummul Mukminin?" Masa aku ceritakan kisah tadi kepadanya, lalu Rasulullah S.A.W bertanya, "Keadaan bagaimanakah yang hebat bagi mayat?" Kataku, "Tunjukkan wahai Rasulullah!"

Rasulullah S.A.W berkata, "Engkaulah katakan!," Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada keadaan lebih hebat bagi mayat ketika keluarnya mayat dari rumahnya di mana anak-anaknya sama-sama bersedih hati di belakangnya. Mereka sama-sama berkata, "Aduhai ayah, aduhai ibu! Ayahnya pula mengatakan: "Aduhai anak!"
Rasulullah S.A.W bertanya lagi: "Itu juga termasuk hebat. Maka, manakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada hal yang lebih hebat daripada mayat ketika ia diletakkan ke dalam liang lahad dan ditimbuni tanah ke atasnya. Kaum kerabat semuanya kembali. Begitu pula dengan anak-anak dan para kekasihnya semuanya kembali, mereka menyerahkan kepada Allah berserta dengan segala amal perbuatannya." Rasulullah S.A.W bertanya lagi, "Adakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah, "Hanya Allah dan Rasul-Nya sahaja yang lebih tahu."

Maka bersabda Rasulullah S.A.W : "Wahai Aisyah, sesungguhnya sehebat-hebat keadaan mayat ialah ketika orang yang memandikan masuk ke rumahnya untuk memandikannya. Maka keluarlah cincin di masa remaja dari jari-jarinya dan ia melepaskan pakaian pengantin dari badannya. Bagi para pemimpin dan fuqaha, sama melepaskan serban dari kepalanya untuk dimandikan.
Di kala itu rohnya memanggil, ketika ia melihat mayat dalam keadaan telanjang dengan suara yang seluruh makhluk mendengar kecuali jin dan manusia yang tidak mendengar. Maka berkata roh, "Wahai orang yang memandikan, aku minta kepadamu kerana Allah, lepaskanlah pakaianku dengan perlahan-lahan sebab di saat ini aku berehat dari kesakitan sakaratul maut." Dan apabila air disiram maka akan berkata mayat, "Wahai orang yang memandikan akan roh Allah, janganlah engkau menyiram air dalam keadaan yang panas dan janganlah pula dalam keadaan sejuk kerana tubuhku terbakar dari sebab lepasnya roh," Dan jika mereka memandikan, maka berkata roh: "Demi Allah, wahai orang yang memandikan, janganlah engkau gosok tubuhku dengan kuat sebab tubuhku luka-luka dengan keluarnya roh."

Apabila telah selesai dari dimandikan dan diletakkan pada kafan serta tempat kedua telapaknya sudah diikat, maka mayat memanggil, "Wahai orang yang memandikanku, janganlah engkau kuat-kuatkan dalam mengafani kepalaku sehingga aku dapat melihat wajah anak-anakku dan kaum keluargaku sebab ini adalah penglihatan terakhirku pada mereka. Adapun pada hari ini aku dipisahkan dari mereka dan aku tidakakan dapat berjumpa lagi sehingga hari kiamat."
Apabila mayat dikeluarkan dari rumah, maka mayat akan menyeru, "Demi Allah, wahai jemaahku, aku telah meninggalkan isteriku menjadi janda, maka janganlah kamu menyakitinya. Anak-anakku telah menjadi yatim, janganlah menyakiti mereka. Sesungguhnya pada hari ini aku akan dikeluarkan dari rumahku dan meninggalkan segala yang kucintai dan aku tidak lagi akan kembali untuk selama-lamanya."

Apabila mayat diletakkan ke dalam keranda, maka berkata lagi mayat, "Demi Allah, wahai jemaahku, janganlah kamu percepatkan aku sehingga aku mendengar suara ahliku, anak-anakku dan kaum keluargaku. Sesungguhnya hari ini ialah hari perpisahanku dengan mereka sehingga hari kiamat."


Sumber : 1001 Kisah-kisah Teladan




Read More......

Percakapan Singkat Rasul Dengan Iblis


Assalammu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji hanya milik Allah SWT,Tuhan Semesta Alam,Shalawat dan salam sejahtera semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Yang Ummi,Muhammad SAW,dan kepada keluarganya serta sahabatnya yang mulia.

Mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan atas postingan saya...


Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal r.a,dari Ibnu Abbas r.a yang berkisah :

Kami bersama Rasulullah SAW di rumah salah seorang sahabat Anshar,di mana saat itu kami ditengah-tengah jamaaah,Lalu ada suara orang memanggil dari luar,”Wahai para penghuni rumah,apakah kalian mengizinkanku masuk,sementara kalian butuh kepadaku”.

Rasulullah bertanya kepada para jamaah,”Apakah kalian tahu,siapa yang memanggil dari luar itu?”’.
Mereka menjawab,”Tentu Allah SWT dan Rosul-Nya lebih tahu”.






Lalu Rasulullah SAW menjelaskan,”ini adalah iblis yang terkutuk-semoga Allah senantiasa melaknatnya”.

Kemudian Umar r.a meminta izin kepada Rasulullah sembari berkata,”Ya Rasulullah,apakah Engkau Mengizinkanku untuk membunuhnya?”..Beliau menjawab,”Bersabarlah wahai Umar,apakah Engkau tidak tahu bahwa ia termasuk mahluk yang tertunda kematiannya sampai batas waktu yang telah di ketahui(hari kiamat)?.akan tetapi sekarang silahkan kalian membukakan pintu untuknya.Sebab ia diperintahkan untuk datang kesini,maka pahamilah apa yang diucapkan dan dengarkan apa yang bakal ia ceritakan kepada kalian.

Ibnu Abbas berkata : Kemudian dibukakan pintu,lalu ia masuk di tengah-tengah kami.Teryata ia berupa orang yang sudah tua bangka dan buta sebelah mata.Ia berjengot sebanyak tujuh helai rambut yang panjangnya seperti rambut kuda.Kedua kelopak matanya terbelah ke atas tidak ke samping.Sedangkan kepalanya seperti gajah yang sangat besar,gigi taringnya memanjang keluar seperti babi.Sementara kedua bibirnya seperti bibir kerbau.

Ia datang sambil memberi salam.”Assalamu’alaika ya Muhammad,Assalamu’alaikum ya jamaatul muslimin. ”kata iblis.

Nabi SAW menjawab,”Assalamu lillah ya laiin(Keselamatan hanya milik Allah wahai mahluk yang terkutuk).
Saya mendengar engkau punya keperluan kepada kami.Apa keperluan tersebut wahai iblis?”..

Wahai Muhammad,saya datang kesini bukan karena kemauanku sendiri,tapi saya datang kesini karena terpaksa”,tutur iblis.

Apa yang membuatmu terpaksa harus datang kesini wahai mahluk terkutuk?’Tanya Rosulullah SAW.
Iblis menjawab,”Telah datang kepadaku seorang malaikat yang di utus Allah Yang Maha Agung ,dimana utusan tersebut berkata kepadaku,”Sesunguhnya Allah SWT memerintahmu untuk datang kepada Muhammad SAW sementara engkau mahluk yang rendah dan hina.Engkau harus memberi tahu kepadanya bagaimana engkau mengoda dan merekayasa anak-cucu Adam AS,bagaimana engkau membujuk dan merayu mereka.Lalu engkau harus menjawab segala apa yang di tanyakan Muhammad SAW dengan jujur.Maka demi kebesaran dan Keagungan Allah SWT, jika engkau menjawab dengan bohong,sekalipun hanya sekali,sungguh engkau akan Allah SWT jadikan debu yang bakal dihempaskan oleh angin kencang,dan musuh-musuhmu akan merasa senang”.

Wahai Muhammad,maka sekarang saya datang kepadamu sebagaimana yang di perintahkan kepadaku.maka tanyakan apa saja yang engkau inginkan.kalau sampai saya tidak menjawab dengan jujur,maka musuh-musuhku akan merasa senang atas musibah yang bakal saya terima.Sementara tidak ada beban yang lebih berat bagiku daripada bersenangnya musuh-musuhku atas musibah yang menimpa diriku”.

Rasulullah SAW mulai melempar pertanyaan kepada iblis.”Jika Engkau bisa menjawab dengan jujur,maka coba ceritakan kepadaku,siapa orang yang paling engkau benci?”..
Iblis menjawab dengan jujur,”Engkau wahai Muhammad,adalah orang yang paling aku benci dan kemudian orang-orang yang mengikuti agamamu.”

“Lalu siapa lagi yang paling engkau benci?”Tanya Rosulullah SAW.
“Seorang Pemuda yang bertakwa dimana ia mencurahkan dirinya hanya kepada Allah SWT”,jawab iblis.


.....to be continued.....

maaf kalo repost dan sekali lagi mohon maaf kalau ada yang kurang berkenan karena saya hanyalah orang yang faqir dan dhoif yang hanya mengharapkan ridho ALLAH SWT


« Last Edit: 30-08-2008, 13:58:49 by pe






Read More......

Iblis Datang Mengganggu ketika Syakaratul Maut





Syaitan dan Iblis akan sentiasa mengganggu manusia, bermula dengan memperdayakan manusia dari terjadinya dengan setitik mani hinggalah ke akhir hayat mereka, dan yang paling dahsyat ialah sewaktu akhir hayat iaitu ketika sakaratul maut. Iblis mengganggu manusia sewaktu sakaratul maut disusun menjadi 7 golongan dan rombongan.

Hadith Rasulullah SAW. menerangkan:
Yang bermaksud: “Ya Allah aku berlindung dengan Engkau daripada perdayaan syaitan di waktu maut.”

Rombongan 1
Akan datang Iblis dengan banyaknya dengan berbagai rupa yang pelik dan aneh seperti emas, perak dan lain-lain, serta sebagai makanan dan minuman yang lazat-lazat. Maka disebabkan orang yang di dalam sakaratul maut itu di masa hidupnya sangat tamak dan loba kepada barang-barang tersebut, maka diraba dan disentuhnya barangan Iblis itu, di waktu itu nyawanya putus dari tubuh. Inilah yang dikatakan mati yang lalai dan lupa kepada Allah SWT inilah jenis mati fasik dan munafik, ke nerakalah tempatnya.





Rombongan 2
Akan datang Iblis kepada orang yang didalam sakaratul maut itu merupakan diri sebagai rupa binatang yang di takuti seperti, Harimau, Singa, Ular dan Kala yang berbisa. Maka Apabila yang sedang didalam sakaratul maut itu memandangnya saja kepada binatang itu, maka dia pun meraung dan melompat sekuat hati. Maka seketika itu juga akan putuslah nyawa itu dari badannya, maka matinya itu disebut sebagai mati lalai dan mati dalam keadaan lupa kepada Allah SWT, matinya itu sebagai Fasik dan Munafik dan ke nerakalah tempatnya.

Rombongan 3
Akan datang Iblis mengacau dan memperdayakan orang yang di dalam sakaratul maut itu dengan merupakan dirinya kepada binatang yang menjadi minat kepada orang yang hendak mati itu, kalau orang yang hendak mati itu berminat kepada burung, maka dirupai dengan burung, dan jika dia minat dengan Kuda lumba untuk berjudi, maka dirupakan dengan Kuda lumba (judi). Jika dia minat dengan dengan ayam sabung, maka dirupakan dengan ayam sabung yang cantik. Apabila tangan orang yang hendak mati itu meraba-raba kepada binatang kesayangan itu dan waktu tengah meraba-raba itu dia pun mati, maka matinya itu di dalam golongan yang lalai dan lupa kepada Allah SWT. Matinya itu mati Fasik dan Munafik, maka nerakalah tempatnya.

Rombongan 4
Akan datang Iblis merupakan dirinya sebagai rupa yang paling dibenci oleh orang yang akan mati, seperti musuhnya ketika hidupnya dahulu maka orang yang di dalam sakaratul maut itu akan menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu kepada musuh yang dibencinya itu. Maka sewaktu itulah maut pun datang dan matilah ia sebagai mati Fasik dan Munafik, dan nerakalah tempatnya

Rombongan 5
Akan datang Iblis merupakan dirinya dengan rupa sanak-saudara yang hendak mati itu, seperi ayah ibunya dengan membawa makanan dan minuman, sedangkan orang yang di dalam sakaratul maut itu sangat mengharapkan minuman dan makanan lalu dia pun menghulurkan tangannya untuk mengambil makanan dan minuman yang dibawa oleh si ayah dan si ibu yang dirupai oleh Iblis, berkata dengan rayu-merayu “Wahai anakku inilah sahaja makanan dan bekalan yang kami bawakan untukmu dan berjanjilah bahawa engkau akan menurut kami dan menyembah Tuhan yang kami sembah, supaya kita tidak lagi bercerai dan marilah bersama kami masuk ke dalam syurga.”

Maka dia pun sudi mengikut pelawaan itu dengan tanpa berfikir lagi, ketika itu waktu matinya pun sampai maka matilah dia di dalam keadaan kafir, kekal ia di dalam neraka dan terhapuslah semua amal kebajikan semasa hidupnya.

Rombongan 6
Akan datanglah Iblis merupakan dirinya sebagai ulamak-ulamak yang membawa banyak kitab-kitab, lalu berkata ia: “Wahai muridku, lamalah sudah kami menunggu akan dikau, berbagai ceruk telah kami pergi, rupanya kamu sedang sakit di sini, oleh itu kami bawakan kepada kamu doktor dan bomoh bersama dengan ubat untukmu.” Lalu diminumnya ubat, itu maka hilanglah rasa penyakit itu, kemudian penyakit itu datang kembali. Lalu datanglah pula Iblis yang menyerupai ulamak dengan berkata: “Kali ini kami datang kepadamu untuk memberi nasihat agar kamu mati didalam keadaan baik, tahukah kamu bagaimana hakikat Allah?”

Berkata orang yang sedang dalam sakaratul maut: “Aku tidak tahu.”

Berkata ulamak Iblis: “Ketahuilah, aku ini adalah seorang ulamak yang tinggi dan hebat, baru sahaja kembali dari alam ghaib dan telah mendapat syurga yang tinggi. Cubalah kamu lihat syurga yang telah disediakan untukmu, kalau kamu hendak mengetahui Zat Allah SWT hendaklah kamu patuh kepada kami.”

Ketika itu orang yang dalam sakaratul maut itu pun memandang ke kanan dan ke kiri, dan dilihatnya sanak-saudaranya semuanya berada di dalam kesenangan syurga, (syurga palsu yang dibentangkan oleh Iblis bagi tujuan mengacau orang yang sedang dalam sakaratul maut). Kemudian orang yang sedang dalam sakaratul maut itu bertanya kepada ulamak palsu: “Bagaimanakah Zat Allah?” Iblis merasa gembira apabila jeratnya mengena.

Lalu berkata ulamak palsu: “Tunggu, sebentar lagi dinding dan tirai akan dibuka kepadamu.”

Apabila tirai dibuka selapis demi selapis tirai yang berwarna warni itu, maka orang yang dalam sakaratul maut itu pun dapat melihat satu benda yang sangat besar, seolah-olah lebih besar dari langit dan bumi.

Berkata Iblis: “Itulah dia Zat Allah yang patut kita sembah.”

Berkata orang yang dalam sakaratul maut: “Wahai guruku, bukankah ini benda yang benar-benar besar, tetapi benda ini mempunyai jihat enam, iaitu benda besar ini ada di kirinya dan kanannya, mempunyai atas dan bawahnya, mempunyai depan dan belakangnya. Sedangkan Zat Allah tidak menyerupai makhluk, sempurna Maha Suci Dia dari sebarang sifat kekurangan. Tapi sekarang ini lain pula keadaannya dari yang di ketahui dahulu. Tapi sekarang yang patut aku sembah ialah benda yang besar ini.”

Dalam keraguan itu maka Malaikat Maut pun datang dan terus mencabut nyawanya, maka matilah orang itu di dalam keadaan dikatakan kafir dan kekal di dalam neraka dan terhapuslah segala amalan baik selama hidupnya di dunia ini.

Rombongan 7
Rombongan Iblis yang ketujuh ini Iblis terdiri dari 72 barisan sebab menjadi 72 barisan ialah kerana dia menepati Iktikad Muhammad SAW bahawa umat Muhammad akan terbahagi kepada 73 puak (barisan). Satu puak sahaja yang benar (ahli sunnah waljamaah) 72 lagi masuk ke neraka kerana sesat.

Ketahuilah bahawa Iblis itu akan mengacau dan mengganggu anak Adam dengan 72 macam yang setiap satu berlain di dalam waktu manusia sakaratul maut. Oleh itu hendaklah kita mengajarkan kepada orang yang hampir meninggal dunia akan talkin Laa Ilaaha Illallah untuk menyelamatkan dirinya dari gangguan Iblis dan syaitan yang akan berusaha bersungguh-sungguh mengacau orang yang sedang dalam sakaratul maut.

Bersesuaian dengan sebuah hadith yang bermaksud: “Ajarkan oleh kamu (orang yang masih hidup) kepada orang yang hampir mati itu: Laa Ilaaha Illallah.”


* Sumber : http://www.darulnuman.com


Read More......

Dahsyatnya Proses Syakaratul Maut


Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).

Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an :

1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.
Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)





2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:78)

3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS al-Jumu’ah, 62:8)

4. Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34)

5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)


Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut

Sabda Rasulullah SAW : “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)
Sabda Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)

Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW .
Ka’b al-Ahbar berpendapat : “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.

Imam Ghozali berpendapat : “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”.

Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai manusia !”, kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku.”

Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi.

Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bis shawab.


Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim

Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu.

Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.

Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 6:93)
(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); "Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun". (Malaikat menjawab): "Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan". Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)

Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zhalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik ! “ Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.

Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”.
Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di neraka, “Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik!


Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa

Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum.

Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)

Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Semoga kita yang masih hidup dapat selalu dikaruniai hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar, selalu istiqomah dalam keimanan, dan termasuk umat yang dimudahkan-Nya, selama hidup di dunia, di akhir hidup, ketika sakaratul maut, di alam barzakh, di Padang Mahsyar, di jembatan jembatan Sirath-al mustaqim, dan seterusnya.
Amin !

(Sumber Tulisan Oleh : NN, dikumpulkan dari berbagai sumber)

*alhikmah

« Last Edit: 24-05-2008, 02:26:32 by poony_moony »






Read More......

Pesan Kematian








" Biarkan dia istirahat!"
" Iya Bu, biarkan aku yang menjaganya. Ibu pergi tidur saja!"
" Ya sudah, Ibu istirahat dulu, nanti kalau kamu capek atau ngantuk, kamu bangunkan Ibu ya!"
" Baik bu."

Jarum jam menunjukan angka 3.20 menit. artinya sudah di pertiga malam dan sebentar lagi menjelang waktu subuh. Hanuf masih setia menunggui Firdaus kakak satu-satunya yang terbaring di ranjang sudah hampir seminggu ini.

Perlahan dan hati-hati sekali ia melangkah meninggalkan tempat itu menuju kamar mandi guna mengambil wudhu. Dalam sujud keikhlasan dan kepasrahan seorang hamba, Hanuf tak henti-hentinya memanjat do'a saat setelah selesai dengan shalatnya, memohon ampunan segala salah mohon diberi kekuatan iman dan segala do'a khusus buat dirinya, juga orang tua dan kakak nya yang sekarang terbujur kaku tanpa gerak sedikitpun.

" Ya Allah, berikanlah kesembuhan pada kakaku, bila memang ia masih diperkenankan hidup, dan berikanlah kebaikan kepadanya jika memang Engkau sudah menentukan penghabisan umurnya.Tak ada upaya dan sandaranku selain bersandar pada-Mu""







Hanuf, perlu Ibu gantikan sekarang?"
" Gak usah Bu"
" Tapi nanti kamu ngantuk"
" Enggak bu, hanuf masih segar kok" diraihnya mushaf yang tergeletak diatas meja samping tempat tidur kakak nya Firdaus.
" Nanti aja sekalian sehabis shalat subuh tidurnya bu" Ibunya Ibu Aminah, hanya menjawabnya dengan senyuman, berlalu dan meneruskan tadarusan yang tadi sempat terpotong.

Ini hari ke sepuluh Firdaus terbaring kaku, tanpa gerak sedikitpun, denyut nadinya hampir tak teraba, hanya kerja otaknya masih berjalan.Bahkan kaku laksana mayit, tubuh tegap bersih itu terbujur.

Pak Darus, Ibu Aminah, dan Hanuf bergantian menunggui Firdaus yang sudah tak bisa lagi diajak komunikasi, apalagi berbicara.Tubuhnya sudah sedemikian bagai tak bererti, dengan keadaan yang sudah sangat mengkhawatirkan.

Tasbih, tahmid, tahlil, takbir, serta runtutan macam2 do'a sudah tertumpah ruah.Bahkan kalimat shahadat sudah setiap saat dibisikkan ditelinganya.

Namun Firdaus tetap membisu dan kaku.tapi mereka masih terus berupaya untuk membisikan kalimat tauhid itu.

" Ashaduallaa ilaaha illallah wa ashaduanna muhammadarrasulullah" berkali kali- kalimat itu dibisikan pak Darus, berselang seling dengan Ibu Aminah dan Hanuf.

Berharap, jika pun Allah sudah menakdirkan mengambil nyawa dari jasadnya itu, paling tidak mereka sudah mencoba memberi dan membisiki kalimat itu di telinga Firdaus, walau memang jasadnya sudah tak berdaya, namun mereka yakin kelembutan nya masih bisa menerima dan merespek apa-apa yang masuk ke telinganya.

" Bu,Pak,..kak Firdaus bergerak !" teriak Hanuf saat melihat ujung kaki Firdaus bergerak meski hanya sedikit saja.Ibu-Bapaknya memburu ke arah tubuh kaku itu, memperhatikan gerakan, berharap ada lagi gerakan selanjutnya.

Semenit, satu jam, dan berjam-jam berlalu, namun sayang tubuh kaku itu tak memperlihatkan tanda akan bergerak lagi.
sunyi kembali mencekam hari-hari di kamar serba putih dan barusan seorang Dokter menyarankan pasien Firdaus untuk dibawa pulang saja. " Hanya tinggal menunggu waktunya, kecuali jika ada keajaiban Allah" begitu kata Dokter Yasa kepada Pak Darus.

Tak ada kalimat lain selain permohonan do'a dan lantunan ayat suci, surat yasin, serta surat-surat lainnya di rumah Pak Darus.Tak kenal lelah juga Hanuf membisikan kalimat tauhid di telinga Firdaus yang kaku, dan menitikan air zamzam di mulut kerontangnya yang mulai membiru.

Selang sebulan setelahnya.

" Alhamdulillah segala puji hanya tercurah kepada-Nya, tak ada yang dapat menghalangi kapan datangnya kematian, dan tak ada pula yang dapat mengetahui berapa panjang umur manusia itu.Sungguh Allah Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan."

" sakit sekali Bu, Pak, pertamanya aku merasakannya dari ujung jempol kakiku, seperti daging yang dikuliti kulitnya dengan kasar, sakiiiit, tak bisa aku katakan dengan kalimat yang tepat untuk menggambarkannya" perlahan airmatanya tumpah merembesi kedua pipinya tanpa bisa dibendung lagi, wajahnya yang tampak masih pucat-pasi memandang jauh entah apa yang ada dalam benaknya.

" Subhanallah,..semoga Allah memanjangkan umurmu demi berbakti dan bertaqwa pada-Nya, dengan sebenar-benar-Nya taqwa" Pak Darwis mengelus bahu Firdaus yang baru saja bisa bersandar di pembaringan.

" Semoga kita bisa mengambil hikmahnya dari kejadian ini " kali ini Ibu Aminah bersuara, matanya sembab karena kesedihan dan ketakutan pada bayangan saat dicabutnya nyawa yang anaknya Firdaus ceritakan dan kegembiraannya, karena ternyata anaknya diberi umur panjang setelah dua minggu mengalami koma.

" kak, maafkan Hanuf ya " Hanuf menghambur memeluk kakaknya sambil sesenggukan.

" Aku mendengar kalian membisikan kalimat-kalimat itu, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa, bahkan mengedipkan mata sekalipun. Ada banyak kejadian yang aku lihat di alam yang tak aku tau dimana itu"

" Istirahatlah Fir, kamu pasti lelah, segera ambil tayamum, dan shalatl lah jika kamu sudah merasa bisa shalat!" perintah lembut Pak Darus kepada Firdaus.

Setelah kejadian itu, Firdaus memanfaatkan setiap waktunya untuk berdakwah dan memberikaan pesan rohani kepada sesama yang ia kenal, mulai dari keluarga, teman sepergaulan sampai tetangga dan lainnya.Tak ada yang ia pesankan selain untuk memanfaatkan waktu selagi hidup dengan beramal shaleh, dan bertaqwa, sebelum ajal menjemput.

" Tahukah kalian, bagaimana di cabut nyawa itu?"

" Sesungguhnya Allah bertanya kepada Nabi ibrahim; ' wahai kekasih-Ku, bagaimanakah kamu merasakan kematian? Ibrahim menjawab ' Seperti sebatang sujen besi sangat panas yang ditempelkan pada kapas yang basah, kemudian ditarik. tetapi Kami akan membantu meringankan kamu Ibrahim' "[1]

Lalu diceritakan bahwa, ketika ruh Nabi Musa telah sampai kepada Allah, Allah bertanya kepadanya;

" Hai Musa, bagaimana kamu mendapati kematian? Musa menjawab; ' Aku mendapati diriku seperti seekor burung emprit yang dipanggang hidup-hidup diatas alat pemanggang tanpa bisa mati supaya tidak merasakan apa-apa lagi dan juga tidaklepas terbang.' "[2]."


Bayangkan, yang setara Nabi saja yang notabene sudah tentu ahli surga saja mengalami hal yang sangat menyakitkan saat-saat kematian itu, lalu apalagi dengan kita yang terlalu banyak salah dan khilaf?", astaghfirullahal'adziim,..bukankah kematian itu berdasarkan amal-ibadah kita selama di dunia ini?.

" Lalu, bagaimana dengan kita? "

Begitu kalimat terakhir Firdaus saat memberikan dakwahnya pada sahabat dan teman sepergaulannya.




*************************************************************************************
Mohon Maaf jika kurang berkenan.






*[1] Disebutkan oleh Al-Muhasabi dalam kitab Ar-Ri'ayat.
[2] idem









« Last Edit: 23-10-2008, 22:37:25 by poony_moony »






Read More......

Wednesday, October 22, 2008

Jangan Bugil Di depan kamera




Mencermati kasus peredaran film porno amatir yang dibuat dengan berbagai peralatan kamera dan Handphone setahun belakangan ini, kami dari komunitas Video Film Mania, TV Lab Communications dan Komunitas Penulis Tangguh menggelar kampanye via internet berjudul

“ANAK MUDA INDONESIA : JANGAN BUGIL DIDEPAN KAMERA!”

Disinyalir terdapat 500 lebih cuplikan film porno yang menggambarkan hubungan sex orang-orang Indonesia yang dibuat dengan menggunakan Handphone dan Video Kamera. 90% adegan cuplikan film porno dilakukan oleh anak muda SMA dan Mahasiswa. 8%nya berasal dari rekaman prostitusi, para pejabat pemerintah (DPR dan Pegawai Negeri). 2%nya adalah cuplikan kamera pengintai yang mengambil gambar para wanita-wanita muda yang sedang bugil tanpa sadar di toilet ataupun di kamar hotel.


Disinyalir terdapat 500 lebih cuplikan film porno yang menggambarkan hubungan sex orang-orang Indonesia yang dibuat dengan menggunakan Handphone dan Video Kamera. 90% adegan cuplikan film porno dilakukan oleh anak muda SMA dan Mahasiswa. 8%nya berasal dari rekaman prostitusi, para pejabat pemerintah (DPR dan Pegawai Negeri). 2%nya adalah cuplikan kamera pengintai yang mengambil gambar para wanita-wanita muda yang sedang bugil tanpa sadar di toilet ataupun di kamar hotel.

Perkembangan teknologi kamera Handphone ternyata berefek buruk. 500 lebih cuplikan film porno dibuat para pelakunya atas dasar senang-senang, tidak sengaja dan sebagian dijadikan alat kejahatan (rekaman perkosaan, penistaan, pelecehan).

Hal ini menjadi fenomena gunung es. Jangan-jangan, jumlah cuplikan film porno yang dibuat anak muda Indonesia telah mencapai ribuan klip? Jangan-jangan, anak muda kita tidak sadar bahaya yang mengancam, yang semula hanya iseng dan main-main, berubah menjadi mimpi buruk yang kelak akan menghancurkan masa depan mereka?

Tentunya tidak dengan menggunakan kotbah dan himbauan yang tidak mempan masuk ketelinga Anak muda. Jalan alternatif dan ampuh untuk menghentikan atau mengurangi peredaran dan pembuatan film porno amatir buatan anak muda Indonesia adalah dengan cara melakukan janji bersama, SUMPAH bersama untuk tidak BUGIL di depan KAMERA!

Maka , bila Anda mempunyai anak, teman atau Anda sendiri yang senang bereksperimen dengan kamera (baik Handphone kamera maupun Handycam Camera) mari bersama mengucapkan janji dibawah ini :

“DEMI MASA DEPAN KITA DAN INDONESIA YANG LEBIH BAIK, KAMI BERJANJI, TIDAK AKAN BUGIL DI DEPAN KAMERA!”

(Janji ini telah dimulai sebagai sebuah gerakan pada bulan Januari 2007, disebuah acara diskusi bersama mahasiswa FISIKOM UPN Jogjakarta. Embrio gerakan ini berusaha menyebarkan pesan untuk tidak terjebak dalam arus pornografi)

Ajak teman, saudara, anak, ayah, ibu dan siapa saja untuk mengucapkan janji di atas. Stop penyebaran dan pembuatan cuplikan film porno Indonesia. Selamatkan Generasi kita. Selamatkan Anak Muda Indonesia !

Salam
Sony Set 0818 936 046

Adi Prasetyo 0813 929 820 71

TV Lab Communications Indonesia

[Siapa saja yang satu visi dengan kami, silahkan menyebarkan email ini dan
Logo Kampanye yang bisa anda ambil lewat situs http://tvlab.blogspot.com/ . Kami berencana menyebarkan kampanye ini sampai ke seluruh penjuru negeri. Membangkitkan semangat anak muda untuk melawan pornografi. Apabila Anda berminat bermitra dan membantu kami, silahkan email kami di tvlabcomm@gmail.com , blog : http://tvlab.blogspot.com/ atau hubungi kami di 0813 929 820 71 dengan Adi Prasetyo. Segala support yang anda berikan, akan menyelamatkan generasi kita, hari ini dan nanti]




Read More......

Tuesday, October 21, 2008

Menghitung Hari








Menghitung hari

Kumpulan telah terenggut lalu

Sebatas detik-detik






Read More......

Saturday, October 18, 2008

Mahabbah Da'im




Pada jiwa ada raga terbawa
Dalam raga ada rasa bersisa
Dari rasa ada asa terbiasa
Pada asa ada makna memaksa







Read More......

Pesan Kematian



Tak ada seorangpun yang tahu tentang kapan kematian akan menjemput kita.Karena ini adalah hal yang menyangkut hak prerogratif Allah semata. Entah tentang tempat, waktu dan bagaimana cara kematian akan menimpa kita.


Teringat tentang kematian kerabat yang masih muda lalu meninggal, sementara yang tua renta masih segar bugar, atau tentang kematian seorang tetangga yang sehat walafiat padahal yang lainnya sudah puluhan bulan terbaring tak berdaya karena sakit, atau bahkan tentang kematian saat seorang sedang dalam puncak kebahagiaan.

Terbersit di dalam hati, akan seperti apakah aku mengalami proses yang sangat dahsyat itu? dimanakah aku akan menemukan ajal tersebut dan kapankah waktunya? bulu kudukku pun merinding, mungkin lebih tepat kusebutkan aku ketakutan tentang kapan tiba waktu itu menjemputku, sementara aku masih banyak salah,khilaf, alfa, belum sempurna mencintai-Nya, dan belum seutuhnya manjalankan ketaqwaan kepada-Nya.

Masih ingat perkataan imam Bisri dalam untaian kalimat hikmahnya yang mengatakan

" bahwa kita adalah kumpulan hari, maka setiap hari berlalu, maka berlalu pula lah hari kita"

Astaghfirullahaladziim, sungguh aku sangat menyia-nyiakan waktu yang entah tinggal berapa hari akan kulalui.Sudah banyak waktu luang terbuang, bahkan aku masih terlena akan kefanaan duniawi. Ya Allah ampunilah segala khilafku.!.

Konon sakitnya proses syakaratul maut adalah sangat dahsyatnya, ang tak dapat dibayangkan dengan nalar yang terbatas ini.Lahaula walaaquwwata illabillah, tak ada daya dan kekuatanku selain hanya dengan kekuasaan-Nya.

Syaitan dan Iblis akan sentiasa mengganggu manusia, bermula dengan memperdayakan manusia dari terjadinya dengan setitik mani hinggalah ke akhir hayat mereka, dan yang paling dahsyat ialah sewaktu akhir hayat iaitu ketika sakaratul maut. Iblis mengganggu manusia sewaktu sakaratul maut disusun menjadi 7 golongan dan rombongan.

Hadith Rasulullah SAW. menerangkan:
Yang bermaksud:

“Ya Allah aku berlindung dengan Engkau daripada perdayaan syaitan di waktu maut.”


*************************************************************************************

>Disini aku tuliskan sebuah cerpen yang berkaitan dengan kematian, hasil karyaku, semoga bermanfaat.
Kumpulan cerpen.

>Dan juga aku sengaja menambahkan artikel yang berhubungan dengan kematian, semoga bermanfaat.silahkan baca disini!






Read More......

Merindu








Kau

Dalam bentang batas terjulurkan

Nurani menyapa halus ketiadaan

Dan ku sadar hela ketak berdayaan

Menyimpul laku bergumul terkumpul

Merajut qalbu mengharu biru terburu

Menyemai duka menjaring menepi tebing

Coba membawa bongkah lara kentara

Ah kau

Katakan padaku bagaimana laku ?

Bilakah mampu mengutara atau membisu

Yang aku tahu , aku semakin merindu

Kau

dengarkah kau bisikan hati?

Ya, disini aku berbisik

Bahwa aku merindu-Mu









Read More......

Menebar Keangkuhan Menuai Kehinaan



Masih berkaca pada untaian nasihat Luqman Al-Hakim kepada anaknya. Menjelang akhir nasihatnya, Luqman melarang sang anak dari sikap takabur dan memerintahkannya untuk merendahkan diri (tawadhu’). Luqman berkata kepada anaknya:


وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي اْلأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتاَلٍ فَخُوْرٍ





“Dan janganlah engkau memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong), dan janganlah berjalan dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang angkuh dan menyombongkan diri.” (Luqman: 18)



Demikian Luqman melarang untuk memalingkan wajah dan bermuka masam kepada orang lain karena sombong dan merasa dirinya besar, melarang dari berjalan dengan angkuh, sombong terhadap nikmat yang ada pada dirinya dan melupakan Dzat yang memberikan nikmat, serta kagum terhadap diri sendiri. Karena Allah tidak menyukai setiap orang yang menyombongkan diri dengan keadaannya dan bersikap angkuh dengan ucapannya. (Taisirul Karimir Rahman hal. 649)

Pada ayat yang lain Allah k melarang pula:







وَلاَ تَمْشِ فِي اْلأَرْضِ مَرَحاً إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ اْلأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِباَلَ طُوْلاً







“Dan janganlah berjalan di muka bumi dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mencapai setinggi gunung.” (Al-Isra`: 37)

Demikianlah, seseorang dengan ketakaburannya tidak akan dapat mencapai semua itu. Bahkan ia akan menjadi seorang yang terhina di hadapan Allah k dan direndahkan di hadapan manusia, dibenci, dan dimurkai. Dia telah menjalani akhlak yang paling buruk dan paling rendah tanpa menggapai apa yang diinginkannya. (Taisirul Karimir Rahman, hal. 458)

Kehinaan. Inilah yang akan dituai oleh orang yang sombong. Dia tidak akan mendapatkan apa yang dia harapkan di dunia maupun di akhirat.

‘Amr bin Syu’aib meriwayatkan dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi n:







يُحْشَرُ الْمُتَكَبِّرُوْنَ يَوْمَ الْقِياَمَةِ أَمْثاَلَ الذَّرِّ فِيْ صُوْرَةِ الرِّجاَلِ، يَغْشاَهُمُ الذُّلُّ مِنْ كُلِّ مَكاَنٍ، يُسَاقُوْنَ إِلَى سِجْنٍ مِنْ جَهَنَّمَ يُسَمَّى بُوْلَسَ، تَغْلُوْهُمْ ناَرٌ مِنَ اْلأَنْياَرِ، وَيُسْقَوْنَ مِنْ عُصَارَةِ أَهْلِ النَّارِ طِيْنَةِ الْخَباَلِ







“Orang-orang yang sombong dikumpulkan pada hari kiamat seperti semut-semut kecil dalam bentuk manusia, diliputi oleh kehinaan dari segala arah, digiring ke penjara di Jahannam yang disebut Bulas, dilalap oleh api dan diberi minuman dari perasan penduduk neraka, thinatul khabal.1” (HR. At-Tirmidzi, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no. 434)

Bahkan seorang yang sombong terancam dengan kemurkaan Allah k. Demikian yang kita dapati dari Rasulullah n, sebagaimana yang disampaikan oleh seorang shahabat mulia, ‘Abdullah bin ‘Umar c:







مَنْ تَعَظَّمَ فِي نَفْسِهِ أَوِ اخْتَالَ فِي مِشْيَتِهِ لَقِيَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ







“Barangsiapa yang merasa sombong akan dirinya atau angkuh dalam berjalan, dia akan bertemu dengan Allah k dalam keadaan Allah murka terhadapnya.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Asy- Syaikh Al-Albani t dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no. 427)

Kesombongan (kibr) bukanlah pada orang yang senang dengan keindahan. Akan tetapi, kesombongan adalah menentang agama Allah k dan merendahkan hamba-hamba Allah k. Demikian yang dijelaskan oleh Rasulullah n tatkala beliau ditanya oleh ‘Abdullah bin ‘Umar c, “Apakah sombong itu bila seseorang memiliki hullah2 yang dikenakannya?” Beliau n menjawab, “Tidak.” “Apakah bila seseorang memiliki dua sandal yang bagus dengan tali sandalnya yang bagus?” “Tidak.” “Apakah bila seseorang memiliki binatang tunggangan yang dikendarainya?” “Tidak.” “Apakah bila seseorang memiliki teman-teman yang biasa duduk bersamanya?” “Tidak.” “Wahai Rasulullah, lalu apakah kesombongan itu?” Kemudian beliau n menjawab:







سَفَهُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ







“Meremehkan kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no. 426)

Tak sedikit pun Rasulullah n membuka peluang bagi seseorang untuk bersikap sombong. Bahkan beliau n senantiasa memerintahkan untuk tawadhu’. ‘Iyadh bin Himar z menyampaikan bahwa Rasulullah n bersabda:







إِنَّ اللهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ







“Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap tawadhu’ hingga tidak seorang pun menyombongkan diri atas yang lain dan tak seorang pun berbuat melampaui batas terhadap yang lainnya.” (HR. Muslim no. 2865)

Berlawanan dengan orang yang sombong, orang yang berhias dengan tawadhu’ akan menggapai kemuliaan dari sisi Allah k, sebagaimana yang disampaikan oleh shahabat yang mulia, Abu Hurairah z bahwa Rasulullah n bersabda:







وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ للهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ







“Dan tidaklah seseorang bersikap tawadhu’ karena Allah, kecuali Allah akan mengangkatnya.” (HR. Muslim no. 2588)

Tawadhu’ karena Allah k ada dua makna. Pertama, merendahkan diri terhadap agama Allah, sehingga tidak tinggi hati dan sombong terhadap agama ini maupun untuk menunaikan hukum- hukumnya. Kedua, merendahkan diri terhadap hamba-hamba Allah k karena Allah k, bukan karena takut terhadap mereka, ataupun mengharap sesuatu yang ada pada mereka, namun semata-mata hanya karena Allah k. Kedua makna ini benar.

Apabila seseorang merendahkan diri karena Allah k, maka Allah k akan mengangkatnya di dunia dan di akhirat. Hal ini merupakan sesuatu yang dapat disaksikan dalam kehidupan ini. Seseorang yang merendahkan diri akan menempati kedudukan yang tinggi di hadapan manusia, akan disebut-sebut kebaikannya, dan akan dicintai oleh manusia. (Syarh Riyadhish Shalihin, 1/365)

Tak hanya sebatas perintah semata, kisah-kisah dalam kehidupan Rasulullah n banyak melukiskan ketawadhu’an beliau. Beliau n adalah seorang manusia yang paling mulia di hadapan Allah k. Meski demikian, beliau menolak panggilan yang berlebihan bagi beliau. Begitulah yang dikisahkan oleh Anas bin Malik z tatkala orang-orang berkata kepada Rasulullah n, “Wahai orang yang terbaik di antara kami, anak orang yang terbaik di antara kami! Wahai junjungan kami, anak junjungan kami!” Beliau n pun berkata:







يَا أَيُّهَا النَّاسُ عَلَيْكُمْ بِقَوْلِكُمْ وَلاَ يَسْتَهْوِيَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ، إِنِّي لاَ أُرِيْدُ أَنْ تَرْفَعُوْنِي فَوْقَ مَنْزِلَتِي الَّتِي أَنْزَلَنِيهِ اللهُ تَعَالَى، أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ







“Wahai manusia, hati-hatilah dengan ucapan kalian, jangan sampai kalian dijerumuskan oleh syaitan. Sesungguhnya aku tidak ingin kalian mengangkatku di atas kedudukan yang diberikan oleh Allah ta’ala bagiku. Aku ini Muhammad bin ‘Abdillah, hamba-Nya dan utusan-Nya.” (HR. An- Nasa`i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah, dikatakan dalam Ash-Shahihul Musnad fi Asy-Syamail Muhammadiyah no. 786: hadits shahih menurut syarat Muslim)

Anas bin Malik z mengisahkan:







كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزُوْرُ اْلأَنْصَارَ فَيُسَلِّمُ عَلَى صِبْيَانِهِمْ وَيَمْسَحُ بِرُؤُوْسِهِمْ وَيَدْعُو لَهُمْ







“Rasulullah n biasa mengunjungi orang-orang Anshar, lalu mengucapkan salam pada anak-anak mereka, mengusap kepala mereka dan mendoakannya.” (HR An. Nasa`i, dikatakan dalam Ash- Shahihul Musnad fi Asy-Syamail Muhammadiyah no. 796: hadits hasan)

Ketawadhu’an Rasulullah n ini menjadi gambaran nyata yang diteladani oleh para shahabat. Anas bin Malik z pernah melewati anak-anak, lalu beliau mengucapkan salam pada mereka. Beliau n mengatakan:







كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُهُ







“Nabi n biasa melakukan hal itu.” (HR. Al-Bukhari no. 6247 dan Muslim no. 2168)

Memberikan salam kepada anak-anak ini dilakukan oleh Nabi n dan diikuti pula oleh para shahabat beliau g. Hal ini merupakan sikap tawadhu’ dan akhlak yang baik, serta termasuk pendidikan dan pengajaran yang baik, serta bimbingan dan pengarahan kepada anak-anak, karena anak-anak apabila diberi salam, mereka akan terbiasa dengan hal ini dan menjadi sesuatu yang tertanam dalam jiwa mereka.(Syarh Riyadhish Shalihin, 1/366-367)

Pernah pula Abu Rifa’ah Tamim bin Usaid zmenuturkan sebuah peristiwa yang memberikan gambaran ketawadhu’an Nabi n serta kasih sayang dan kecintaan beliau terhadap kaum muslimin:







اِنْتَهَيْتُ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَخْطُبُ، فَقُلْتُ : يَا رَسُولَ اللهِ، رَجُلٌ غَرِيْبٌ جَاءَ يَسْأَلُ عَنْ دِيْنِهِ لاَ يَدْرِي مَا دِيْنُهُ؟ فَأَقْبَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَرَكَ خُطْبَتَهُ حَتَّى انْتَهَى إِلَيَّ فَأُتِيَ بِكُرْسِيٍّ، فَقَعَدَ عَلَيْهِ، وَجَعَلَ يُعَلِّمُنِي مِمَّا عَلَّمَهُ اللهُ، ثُمَّ أَتَى خُطْبَتَهُ فَأَتَمَّ آخِرَهَا







“Aku pernah datang kepada Rasulullah n ketika beliau berkhutbah. Lalu aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, seorang yang asing datang padamu untuk bertanya tentang agamanya, dia tidak mengetahui tentang agamanya.’ Maka Rasulullah n pun mendatangiku, kemudian diambilkan sebuah kursi lalu beliau duduk di atasnya. Mulailah beliau mengajarkan padaku apa yang diajarkan oleh Allah. Kemudian beliau kembali melanjutkan khutbahnya hingga selesai.” (HR. Muslim no. 876)

Begitu banyak anjuran maupun kisah kehidupan Rasulullah n yang melukiskan ketawadhu’an beliau. Demikian pula dari para shahabat g. Tinggallah kembali pada diri ayah dan ibu. Jalan manakah kiranya yang hendak mereka pilihkan bagi buah hatinya? Mengajarkan kerendahan hati hingga mendapati kebahagiaan di dua negeri, ataukah menanamkan benih kesombongan hingga menuai kehinaan di dunia dan akhirat?

Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.

1 Thinatul khabal adalah keringat atau perasan dari penduduk neraka.

2 Hullah adalah pakaian yang terdiri dari dua potong baju.


Satu Tanggapan

Read More......

ASSAB’UL-MATSANI DAN EMPAT WALI KUTUB




Suatu ketika Rasulullah saw. mengadu kepada Tuhan: “Aku akan meninggalkan dunia ini, Aku akan meninggalkan umatku. Siapakah yang akan menuntun mereka setelahku? Bagaimana nasib mereka sesudahku?”, Allah lalu menurunkan firman-Nya :

” وآتيناك سبعا من المثاني والقرآن العظيم ”

Jangan khawatir, Aku telah mengaruniakanmu Assab’ul-matsani dan al-Qur’an yang agung. Dengan keduanya maka umat islam sesudahmu akan selamat dari kesesatan (bila mereka berpegang kepadanya).




Assab’ul-matsani dan al-Qur’an, dua pegangan yang menyelamatkan kita dari kesesatan, dua perkara yang telah membuat Rasul tenang meninggalkan umat. Apakah Assab’ul-matsani itu? dan apakah al-Qur’an itu? Mungkin semua kita tahu apa itu al-Qur’an, sebuah kitab suci yang mengandung tuntunan-tuntunan Tuhan kepada para hamba-Nya, yang tentunya bila diamalkan dengan baik maka selamatlah kita.

Namun tentunya Qur’an saja tidak akan cukup? Lalu bagaimana dengan Assab’ul-matsani? apakah semua kita mengetahuinya? dan sudahkah kita mengamalkannya atau berpegang kepadanya? Dan mengapa Assab’ul-matsani menempati posisi pertama sebelum al-Qur’an? sedikit tidak itu menunjukkan bahwa Assab’ul-matsani merupakan pegangan yang sangat urgen, yang tanpanya keisalaman seseorang menjadi samar dan diragukan.

Ironinya, para ahli tafsir berbeda pendapat dalam menafsirkan firman-Nya “Sab’an minal-matsani”. Ada yang mengatakan bahwa Assab’ul-matsani itu adalah surat Fatihah dengan alasan karena surat Fatihah adalah induknya al-Qur’an dan secara kebetulan jumlah ayatnya pun tujuh ayat.

Ada pula yang menafsirkannya dengan tujuh surat terpanjang dalam al-Qur’an, yaitu: Surat-surat Baqarah, Ali Imran. Annisa’, al-Ma’idah, al-An’am, al-A’raf dan al-Anfal (bersama Attaubah).

Ada yang berpendapat bahwa Assab’ul-matsani adalah al-Qur’an itu sendiri.

Dan masih banyak lagi penafsiran lain tentang apa itu Assab’ul-matsani. Sebagaimana mereka juga berbeda pendapat tentang; kapan malam Lailatul-qadr, apa itu Ism a’zam, apa itu Shalat wustha, kapan waktunya Sa’atul-ijabah, siapa itu wali Allah, apa itu Kaba’ir, dan lain sebagainya. Agaknya para ulama’ memang tak pernah lepas dari perbedaan. Apapun sebabnya, kita tetap meyakini adanya hikmah yang tersirat. Dan apapun faktanya, kita tetap harus mencari yang benar lalu menerimanya dan juga membelanya. Yang salah, kita maafkan bersama, mungkin saja bukan rizki mereka. Yang berijtihad dengan baik dan benar, tetap akan dapat pahala. Sementara mereka yang menjadikan hawa nafsu sebagai alat penafsir utama, tanpa landasan ilahi yang bisa diterima “Wa man lam yaj’alillahu lahu nuran fama lahu min nur”, maka laknat sudah menyelimuti mereka. Belum mendapat nur dan restu dari Allah, sudah seenak-enaknya menafsirkan firman Allah.

Bila kita teliti dengan seksama, kita akan melihat sejumlah penafsiran di atas ternyata belum mampu memberikan sebuah kepuasan, sebab walau tampak berbeda namun sebetulnya sama dan tak berbeda, semuanya menisbatkan Assab’ul-matsani itu kepada al-Qur’an itu sendiri, baik itu surat Fatihah, tujuh surat terpanjang maupun yang lainnya, semua itu adalah al-Qur’an (bagian dari al-Qur’an). Sebuah tanda tanya yang harus terungkap adalah: Bukankah Allah swt. telah menyebutkan “Aku telah mengaruniakanmu Assab’ul-matsani dan al-Qur’an yang agung”? bila Allah telah menyebut al-Qur’an setelah Assab’ul-matsani maka sudah tentu Assab’ul-matsani adalah perkara lain selain al-Qur’an. Tidakkah kita menyadari hal itu?

Bila Assab’ul-matsani adalah surat Fatihah, bukankah surat Fatihah merupakan bagian dari al-Qur’an itu sendiri? bukankah Allah telah menyebut al-Qur’an sesudahnya “wal-Qur’an al-azim”? yang mana surat Fatihah sudah terkandung di dalamnya? Ataukah surat Fatihah itu bukan bagian dari al-Qur’an?

Apabila Assab’ul-matsani itu adalah al-Qur’an atau sebagian dari isi al-Qur’an, tidakkah cukup Allah mengatakan: Aku telah memberimu al-Qur’an (saja, tanpa menyebut Assab’ul-matsani)? bukankah al-Qur’an telah mencakup semua surat-suratnya termasuk Fatihah dan tujuh surat terpanjang?

Lalu mengapa Assab’ul-matsani disebutkan oleh Allah? Walhasil, Assab’ul-matsani adalah perakra lain selain al-Qur’an. Bukan al-Qur’an, bukan pula beberapa surat atau ayatnya. Kalau anda masih bersikeras mengatakan Assab’ul-matsani itu adalah surat Fatihah, maka anda telah berani memisahkannya dari al-Qur’an! dan anda telah menodai kemukjizatan firman-Nya yang terlepas dari segala kecacatan, bahasa dan sastranya.

“Sab’an minal-matsani” terdiri dari tiga kata; Sab’an, Min dan al-Matsani. Sab’an berarti tujuh. Min berarti dari. Sementara al-Matsani adalah bentuk jama’ dari Matsna yang artinya dua-dua. Dengan demikian maka Matsani berarti empat-empat (berkelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari empat).

Kelompok-kelompok itu amat banyak, namun Allah hanya menyebutkan / mengutus tujuh kelompok saja dari kelompok-kelompok itu (sebagai pemimpin matsani yang lain) “Sab’an minal-matsani”; Tujuh kelompok dari kelompok-kelompok al-Matsani.

Tujuh kelompok itulah yang disebut dan dimaksud dengan Assab’ul-matsani, yang mana setiap kelompok terdiri dari empat orang.

Tujuh kelompok itulah yang bertugas melayani Rasul dan umat sejak awal penciptaan sampai kiamat menjelang.

Tujuh kelompok itulah yang akan menunjuki umat ke jalan yang benar.

Tujuh kelompok itulah yang akan membimbing umat dalam mengamalkan al-Qur’an.

Tujuh kelompok itulah yang akan meneruskan dan mewarisi perjuangan Rasul saw.

Tujuh kelompok itulah yang akan melayani sandal Rasul saw. demi menjunjung tinggi siyadah beliau.

Tujuh kelompok itulah yang bila diikuti, dipegang dan ditaati umat maka selamatlah mereka dari kesesatan.

Tujuh kelompok itulah pelayan-pelayan Rasul dan umat sampai hari kiamat (maupun sesudahnya).

Allah berfirman: “Wa atainaka sab’an minal-matsani wal-Qur’anal-azim”; Aku telah mengutus demi kamu hai Muhammad tujuh kelompok matsani yang akan melayanimu dan melayani umatmu, Akupun telah menurunkan al-Qur’an agar menjadi pegangan kedua bagi umatmu.

Mengapa al-Qur’an dinomorduakan oleh Allah swt.? Jawabannya adalah karena seorang penunjuk lebih diutamakan dari pada sebuah buku petunjuk. Allah swt. berfirman:

” قد جاءكم من الله نور وكتاب مبين ”

Telah datang kepadamu: (1) seorang Rasul, dan (2) al-Qur’an. Maka Rasul itu lebih penting dari pada al-Qur’an, sebab al-Qur’an (buku petunjuk) tidak akan difahami dengan benar tanpa Rasul (seorang penunjuk).

Allah swt. juga berfirman:

” فالذين آمنوا به وعزروه ونصروه واتبعوا النور الذي أنزل معه أولئك هم المفلحون ”

Orang-orang yang beruntung adalah apabila mereka: (1) beriman kepada Nabi Muhammad, (2) memuliakannya (3) membelanya, kemudian (4) mengikuti kitab suci yang dibawanya. Maka haruslah kita mencari seorang penunjuk, kemudian mencintainya, menghormatinya, membelanya, mengagung-agungkannya dan mentaatinya, setelah itu barulah kita mengikuti buku petunjuk yang ia bawa.

Dari itulah Allah swt. mendahulukan Assab’ul-matsani sebelum al-Qur’an. Bukan karena al-Qur’an itu tidak penting, melainkan karena tanpa seorang penerang dan penunjuk maka al-Qur’an tak dapat difahami dengan benar dan tak dapat diamalkan dengan baik.

Lalu… siapakah Assab’ul-matsani itu? siapa saja kelompok-kelompok itu?

Maulana Syekh Mukhtar ra. menyebutkan bahwasanya tujuh kelompok (Assab’ul-matsani) tersebut adalah sebagai berikut :

1. Empat pemimpin para mala’ikat Kurubiyyin / Alin / Haffin hawlal-arsy.

2. Empat pemimpin para mala’ikat Falakiyyin : Jibril, Mika’il, Israfil dan Izra’il Alaihimussalam.

3. Empat pemimpin para nabi dan rasul yang disebut dengan Ulul-azmi : Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa Alaihimussalam.

4. Empat Pemimpin para sahabat Rasul yang disebut dengan Khulafa’ rasyidin : Saidina Abu Bakr, Saidina Umar bin Khaththab, Saidina Utsman bin Affan dan Saidina Ali bin Abi Thalib Radliallahu anhum ajma’in.

5. Empat pemimpin para penulis wahyu (al-Qur’an) yang disebut dengan al-Abadilah / Abadilatul-Qur’an : Saidina Abdullah bin Umar, Saidina Abdullah bin Azzubair, Saidina Abdullah bin Mas’ud dan Sadina Abdullah bin Abbas Radliallahu anhum ajma’in.

6. Empat pemimpin para imam syari’at (mazhab fiqh) yang disebut dengan al-A’immah al-Arba’ah / A’immatul-mazahibil-arba’ah : Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris Asysyafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal Radliallahu anhum ajma’in.

7. Empat pemimpin para imam tarekat (tasawuf), pemimpin para auliya’ullah yang disebut dengan al-Aqthab al-Arba’ah (empat wali kutub) / A’immatuththariqah wal-haqiqah : Syekh Ahmad Arrifa’i, Syekh Abdul-Qadir al-Jailani, Syekh Ahmad al-Badawi dan Syekh Ibrahim Addusuqi Radliallahu anhum ajma’in.

Tujuh kelompok di atas-lah Assab’ul-matsani itu, yang memimpin semua matsani yang lain, yang semuanya berjumlah 28 orang sebanyak huruf-huruf dalam bahasa arab.

Ketujuh kelompok itu dipimpin oleh tiga penguasa tertinggi yaitu: Imam al-Hasan, Imam al-Husain dan Imam al-Mahdi Radliallahu anhum.

Allah swt. berfirman: “Ha Mim, Ain Sin Qaf”. Ha Mim telah diulang dalam al-Qur’an sebanyak tujuh kali yang mana hal tersebut mengisyaratkan kepada Assab’ul-matsani di atas, sedangkan Ain Sin Qaf hanya disebut satu kali saja dalam al-Qur’an, yang mana ketiga huruf itu mengisyaratkan kepada tiga pemimpin Assab’ul-matsani (Imam al-Hasan, Imam al-Husain dan Imam al-Mahdi Radiallahu anhum ajma’in).

Sementara pemimpin tertinggi (Ra’is Akbar) yang mengepalai dan mengasuh mereka semua adalah: Rasulullah wa Habibullah Sayyiduna wa Maulana Muhamamd Shallallahu alaihi wa sallam.

Dalam sebuah hadits Rasul menyebutkan bahwa Assab’ul-matsani itu adalah surat Fatihah. Itu benar, namun yang dimaksud oleh hadits tersebut adalah bahwasanya Assab’ul-matsani (tujuh kelompok) itu telah diisyaratkan oleh salah satu ayat dalam surat Fatihah, tepatnya pada firman-Nya :

” اهدنا الصراط المستقيم صراط الذين أنعمت عليهم ”

Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau karuniai nikmat. Mereka itulah Assba’ul-matsani, sebagaimana firman Allah :

” الذين أنعم الله عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين وحسن أولئك رفيقا ”

Orang-orang yang dikaruniai nikmat oleh Allah adalah: Para nabi, para shiddiqin, para syuhada’ dan orang-orang shalih, mereka itulah sebaik-baik teman. Mereka itulah Assab’ul-matsani.

Di antara makna lain dari kata Matsani adalah : bentuk jama’ dari Matsniyyah yang artinya: besi yang dibengkokkan. Itu mengisyaratkan bahwa Assab’ul-matsani adalah orang-orang atau kelompok-kelompok yang telah sampai kepada Allah swt. lalu dikembalikan oleh-Nya ke bumi untuk membimbing umat kepada-Nya.

Kata Matsani juga berasal kata dari Tsana’ yang artinya pujian, tentunya tujuh kelompok di atas telah mendapat pujian suci dari Tuhan mereka, Allah Subhanahu wata’ala.

Di antara tujuh kelompok di atas, nampaknya kelompok terakhir-lah yang cukup asing bagi umat. Para mala’ikat kurubyyin, mala’ikat falakiyyin, nabi ulul-azmi, khulafa’ rasyidin, empat abadilah dan imam mazhab empat… sudah cukup populer. Sedangkan empat wali kutub tertinggi yang mengepalai semua auliya’ Allah di muka bumi ini dan mengimami tarekat dan hakekat sampai muncul Imam al-Mahdi, tidak begitu banyak diketahui atau dikenal orang. Mungkin saja karena salah satu ciri khas para wali adalah: tersembunyi. Namun walau demikian mereka cukup masyhur di kalangan orang-orang yang telah mendapatkan petunjuk Allah, yakni mereka para pecinta tasawuf dan pengikut tarekat. Mereka adalah pecinta Rasul dan Ahlul-bait.

Oleh karena itu, dalam hal ini penulis ingin mengutip perkataan Syekh Abul-Huda Ashshayyadi ra. dalam kitabnya Qiladatul-Jawahir yang berbunyi sebagai berikut :

قد اشتهر في المشرق والمغرب بين المسلمين شأن الأربعة الأقطاب المعظمين، أعني شيخنا ومفزعنا السيد أحمد الكبير الحسيني الرفاعي، وسيدنا السيد الشيخ عبد القادر الجيلاني الحسني، وسيدنا السيد الشيخ أحمد البدوي الحسيني، وسيدنا السيد الشيخ إبراهيم الدسوقي الحسيني . فهؤلاء الأربعة بلا ريب خلاصة بقية السلف، وأئمة جميع الخلف، وأعلام الأولياء، وأولياء الصلحاء، وأشياخ الخرقة والطريقة، وأقطاب الطريقة والحقيقة . ثبتت لدى المسلمين غوثيتهم وولايتهم، ووجبت عند الموحدين حرمتهم ورعايتهم، وهم رضي الله عنهم بمنزلة واحدة في النسب والمرتبة، إلا أن الأقوال تنوعت فيهم وفي مشاربهم وأحوالهم ومذاهبهم، وقد وفق الله لكل واحد منهم من أتباعه من جمع آثاره وذكر أخلاقه وأطواره

Beliau juga telah membuat sebuah nazam (sya’ir) tentang empat wali kutub, bunyinya :

والأوليا اذكرهم بخير أنهم # تبعوا الرسول بصحبة الآدابِ

خدموا شريعته وما اتبعوا الهوى # متمسكين بأشرف الأسبابِ

صحت ولايتهم بشاهد حالهم # فعلوا وصاروا وجهة الطلابِ

لهم الكرامات التي ظهرت بنا # كالشمس ما حجبت ببرد سحابِ

شهدت بها مذ شوهدت أهل الملا # وهي اختصاص الواهب السلابِ

ظهروا ببرهان الرسول تسلسلا # حتى لعهد الأربع الأقطابِ

ابن الرفاعي ثم عبد القادر الـ # ـجبلي وإبراهيم والعطابِ

قال الرفاعيون أحمد شيخنا # سلك الطريق بدق أنجح بابِ

ورأى الخضوع طريقة وحقيقة # تقضي بترك الزهور والإعجابِ

وسرى على سنن الحبيب ملازما # أحواله في السلب والإيجابِ

فلذاك قدمناه تقديما به # قام الدليل لنا بلا إسهابِ

والقادرية ثم فرقة أحمد آل # بدوي كل قال ذاك جوابِي

وكذاك أتباع الدسوقي ثم من # ينمى لغير طريقة ورحابِ

جزموا بصدق الأتباع لشيخهم # فراوه أعلا الأوليا الأنجابِ

فإذا توضحت الحقائق للذي # يدري بغير مسائل وجوابِ

ما كان من قول وفعل وارد # عن شيخ إرشاد رفيع جنابِ

زنه بميزان الشريعة واعتمد # في الأمر نص المصطفى الأوابِ

واعمل لحسن الظن بالتأويل في # ما دق من شطح لسد البابِ

وإذا نأى التأويل فانكر نسبة الـ # ـمنقول واحفظ حرمة الأحبابِ

واسلك طريق الهاشمي محمد # فسواه مردود بكل كتابِ

صلى عليه الله ما لمع الضحى # والآل والأزواج والأصحابِ

Masing-masing dari empat wali kutub itu mendirikan sebuah tarekat ra’isi (induk) yang memimpin semua tarekat sufi yang lain, Syekh Ahmad Arrifa’i ra. mendirikan Tarekat Rifa’iah, Syekh Abdul-Qadir al-Jailani ra. mendirikan Tarekat Qadiriah, Syekh Ahmad al-Badawi ra. mendirikan Tarekat Ahmadiah, dan Syekh Ibrahim Addusuqi ra. mendirikan Tarekat Burhamiah. Empat tarekat sufi tersebut lahir dari dua tarekat ibu-bapak yakni Tarekat Naqsyabandiah dan Tarekat Khalwatiah. Kedua tarekat ibu-bapak itu bersumber dari Saidina Abu Bakr ra. dan Saidina Ali ra. yang kemudian digabung oleh Imam al-Junaid ra. lalu bercabang lagi menjadi empat tarekat induk yang dipimpin oleh empat wali kutub. Pada zaman sekarang ini semua tarekat sufi yang ada mesti melalui salah satu dari empat wali kutub atau semuanya dalam silsilah terekat masing-masing, kalau tidak, maka tarekat tersebut masih diragukan keabsahannya.

Untuk mengenal lebih jauh empat wali kutub masyhur di atas maka pembaca boleh menelaah kitab-kitab di bawah ini :

1. Qiladatul-Jawahir fi Dzikril-Gautsirrifa’i wa Atba’ihil-Akabir oleh Syekh Abul-Huda Ashshayyadi ra.

2. Al-Ayatuzzahirah fi Manaqibil-Auliya’ wal-Aqthabil-Arba’ah oleh Syekh Mahmud al-Ghirbawi.

3. Farhatul-Ahbab fi Akhbaril-Arba’atil-Aqthab oleh Syekh Muhammad bin Hasan al-Khalidi ra.

4. dan lain-lain.

Berbicara so’al tugas para wali kutub tertinggi itu, kita dapat melihat peran-peran para imam mazhab yang empat dalam membimbing umat dalam hal syari’at. Oleh karena islam terdiri dari tiga martabat; islam, iman dan ihsan, maka para imam mazhab bertugas untuk memperbaharui dan mempermudah urusan syari’at umat (islam) yang kemudian para wali kutub bertugas untuk memperbaharui dan mempermudah perjalanan spiritual / tarekat umat (iman), yang akhirnya dengan kemantapan dua martabat itu hamba dengan mudah mencapai hakekat (ihsan). Syari’at dan tarekat tidaklah berbeda atau saling bertentangan, melainkan ia merupakan tangga-tangga yang harus dilalui oleh setiap hamba secara bertahap demi meraih derajat yang mulia di sisi Allah dan demi sebuah kesempurnaan dalam pengabdian kepada-Nya (kamalul-iman). Keislaman seseorang tentu menjadi tidak sempurna bila dijalani tanpa dua asas tersebut. Bermazhab untuk kesempurnaan zahir dan bertarekat untuk kesempurnaan batin.

Sebagaimana seorang hamba layaknya bermazhab (bermazhabkan salah satu dari mazhab fiqh yang empat), maka di sisi lain ia juga mesti bertarekat, dengan mengikuti / menganut salah satu tarekat dari empat tarekat sufi di atas. Atau mengikuti tarekat lain yang menjadi cabang dari salah satu tarekat induk tersebut.

Bila keluar dari mazhab yang empat dalam bersyari’at, dan keluar dari tarekat induk yang empat dalam bertarekat, maka tidak akan diterima oleh-Nya. Pintu ijtihad mutlak sudah tertutup, dan izin untuk mendirikan tarekat (induk) sudah berakhir.

Apakah Rasul pernah bermazhab? Apakah Rasul pernah bertarekat? Tentu tidak, sebab beliau merupakan sumber dan asal semua mazhab dan tarekat yang ada. Tidaklah mungkin seorang Rasul menganut mazhab muridnya, tidaklah mungkin beliau mengikuti tarekat pewarisnya. Justru para imam dan wali kutub-lah yang mengikuti beliau dan melalui tuntunan dan restu beliaulah mereka membuat mazhab dan tarekat agar diikuti oleh umat sesudahnya.

Dari itu penulis menasehati mereka yang mengatakan; Tidak ada mazhab dalam islam. Ketahuilah bahwa empat mazhab dan empat tarekat itu telah direstui dan diutus oleh Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu kala demi kemudahan umat dalam menjalankan syari’at-Nya. Tanpa mereka, semuanya tidak akan pernah stabil. Ingin membuat mazhab sendiri atau tarekat sendiri, ingin menjalankan syari’at islam tanpa melalui mereka, ingin bersuluk menuju Allah tenpa melalui jalan mereka, ingin kembali langsung kepada Qur’an dan Sunnah tanpa melalui hasil ijtihad mereka, maka dijamin tidak akan menghasilkan buah yang memuaskan. Bukankah kita sendiri yang selalu berdo’a; “Ihdinashshirathal-mustaqim, shirathalladzina an’amta alaihim” Ya Allah tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan mereka yang Engkau karuniai nikmat (para nabi, para rasul, para sahabat, para imam mazhab dan para wali kutub)?

Sebagaimana Rasul telah mengutus Saidina Mu’az bin Jabal ra. ke Yaman sebagai makan (tempat) untuk menjadi penunjuk jalan / membawa hidayah, maka beliau-pun mengutus seorang hadi (penunjuk jalan) pada setiap zaman (waktu) sesuadah beliau wafat? agar umat beliau dapat menemukan hidayah-Nya… kapanpun, dan dimanapun.

Allah berfirman:

” من يهد الله فهو المهتد ومن يضلل فلن تجد له وليا مرشدا ”

Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk, dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu hai Muhammad tak akan mampu mempertemukannya dengan seorang wali mursyid (seorang penunjuk).

Tanpa seorang wali mursyid maka tenggelamlah hamba dalam lautan kesesatan. Qur’an dan Sunnah tidak akan pernah cukup tanpa seorang wali mursyid yang akan menuntun dan membimbing. Melalui restu dan petunjuk Allah maka Rasul-pun segera mempertemukan kita dengan wali mursyid yang menjadi pewarisnya, semoga Allah memberi hidayah kepada kita… amin.

Dengan niat yang suci, hati yang bersih dari segala sifat sombong dan angkuh, serta cinta yang mendalam kepada Rasul dan para auliya’ maka perjalanan menuju wali mursyid tidaklah jauh, sehingga hidayah Allah dapat kita nikmati dengan penuh ria.

Setelah empat wali kutub itu mendirikan tarekat induk masing-masing dan menanam bibit-bibit hidayah dan mahabbah dalam hati para pengikut setia, maka ajal-pun tak lupa menjemput mereka ke Rafiq A’la, yang kemudian muncullah para penerus-penerus sejati yang akan terus membimbing umat ke jalan-Nya, jalan penuh reda dan cinta. Para penerus sejati itulah para imam mujaddid setiap zaman, mereka adalah Auliya’ Mursyidun dan Ulama’ yang menjadi pewaris-pewaris Rasul, yang amat takut kepada Allah dan tahu rahasia-rahasia asma’ Allah.

Akhir kata… Disamping mengikuti tuntunan Qur’an dan Sunnah, semoga kita tidak lupa pula mengikuti dan berpegang teguh kepada Assab’ul-matsani (beserta para penerus) yang telah diutus oleh-Nya. Semoga kita tetap berlindung di bawah naungan mereka, agar selamat dari dunia sampai akhir masa… amin.

Mengikuti mereka adalah merupakan tuntutan Allah dalam Qur’an-Nya kepada kita, dan juga merupakan seruan Rasul dalam haditsnya “Udldlu alaiha binnawajiz”. Mereka adalah utusan-utusan-Nya, mereka adalah kekasih-kekasih-Nya, mereka adalah prantara-prantara kita menuju-Nya, mereka adalah pewaris-pewaris Rasul-Nya, dan mereka adalah para pembaharu dan imam masa.

Inilah suguhan ilmu para Auliya’-Nya…. yang diraih langsung dari-Nya… Subhanahu wa t’ala. Percaya atau tidak, diterima atau tidak, Allah telah berfirman :

” وقل الحق من ربكم فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر ”

Katakanlah yang benar, yang telah kamu terima dari Tuhanmu. Selanjutnya………………………………… terserah mereka!

Referensi :

1. Pengajian-pengajian Maulana Syekh Mukhtar ra. (Syekh Tarekat Burhamiah)

2. Kitab Tabri’atuzzimmah oleh Syekh Muhammad Utsman Abduh al-Burhani ra.

3. Kitab Qiladatul-Jawahir oleh Syekh Abul-Huda Ashshayyadi al-Khalidi Arrifa’i ra.
4. Dan lain-lain.

sumber: http://www.aziznawadi


Read More......

Friday, October 17, 2008

Ku Lepas Kelabu







Di sesak ruang kusimpan rapat penat
Menyemai andai hingga rona kusut masai
Setangkup rabun asa tertimbun racun batas
Seolah mantap bebal sampai ke ubun-ubun

Di lidahku terpesankan indahnya kalimat memukau
Di mataku tersaksikan eloknya jelita sempurna
Di tanganku tergenggamkan pegangan penuh erat
Di kakiku terpijakan tebalnya alas permadani

Mungkin aku masih bisa menjaga lisanku
Tapi aku tak bisa menjaga hatiku
Mungkin aku masih mampu menjaga kalimatku
Namun aku tak mampu menjaga qalbuku

Pada sepenggal dhuha-Mu aku berharap
Enyah sesak yang lekat menghimpit
Kulepas kebungkaman tuk menghapus isakan
Beroleh ku beranjak tuk melepas kelabu







Read More......

Rabbi







Robbi..
Saat mentari tenggelam di barat
Sungguh jiwa terasa berat
Meninggalkan semua maksiat
Yang sudah sangat mengakar dan bahkan berurat
hingga lupa akan segala laknat

Rabbi...
Engkau Yang Maha Pemberi manfaat
Bimbing hamba menuju RidhaMu dari jln sesat
jauhkan hamba dari selalu berkhianat
Menjauhi dia sang terlaknat
Agar ahlaqku tak lagi bejat

Rabbi...
Kini tekadku sudah semakin bulat
Untuk menuju jalan lurus yg Engkau buat
Terimalah aku untuk menjadi hamba yg ta'at
Sebelum sakitku dan kukejar sehat
SEmoga manisnya iman cepat kudapat

Robbi...
Enyahkanlah masa laluku yg sedemikian pekat
Rela aku menjadi hambamu yang selalu bertaubat
Sebelum waktunya kian terlambat
Ingin hamba mengucap satu kalimat
Agar hamba selamat di akhirat kelak

(Amiin....Ya Robbal 'Alamiin..)




Read More......

Sepeninggalmu







Dalam rintih sanubari mewakili hati
Dalam luka sukma membawa lara
Dalam bias bimbang selalu kujelang
Dalam hening dikebisingan semua dinding

Drama ku terlempar jauh dalam peluh karma
Hingganya saat dimana bisa terbaring lelap
Mengejar mimpi yang belum jua terwujud
Disisa lempengan hati yang mencoba menanti

Kebahagiaan datang berkejaran demi indahnya malam
Keceriaan berganti ganti menyambut semaraknya pagi
Ketersenyuman tiba saat dimana ada asa itu ada lagi
kesudahan yang semoga selamanya berakhir suka cita






Read More......

Ilahi


















Ilahi..
Lama nian jiwaku terpenjara kegelapan
Terpisah sesaat nurani dari kesadaran sukma
Namun saat semua telah disadari..
Kejadian itu serasa secepat kilat

Ilahi..
Ajari aku bagaimana bisa mencintaiMu
Papahlah aku menuju jln yg Engkau restu
Kumpulkan segala daya yg ada padaku
Sebagai bukti bahwa aku begitu pedulikanMu

Ilahi..
Jadikan naluriku selamanya mengingat hikmah
Kokohkanlah jiwaku meraih sisa2 gundukan harap
Bukalah mata hatiku melihat keagunganMu
Buatlah aku untuk tulus mencintaiMu








Read More......

Harap







Dijantungmu kembali berlabuh
Terhmpar muara rindu
Bertaut hati jiwa sejati
mengharap bertemu bahagia abadi
Nurani mantap berharap RidhaMu..









Read More......

Ampunkan Hamba







Andai hamba sering menuang bait berukir
Bukan untuk menandingi agungnya syair-Mu

Bila pernah cerita hamba terbuat
Namun tiada maksud mengalahkan Mahakarya hikayat-Mu

Jika hamba sempat menoreh pantun
Sungguh bukan artinya hamba tidak ada sopan santun

Karya-MU dan keagungan-MU
Hikayat-MU dan Keabadian-MU

Sifat-Mu juga Dzat-MU
Adalah tak terjamah nalar kefitrahanku

Karena Engkau Tak dapat terjangkau
Kecuali oleh orang-orang yang Engkau Ridhai.






Read More......

Puisi Sufistik



Penyair persia Jalaluddin Rumi ini adalah salah satu penyair yang saya kagumi, bukan hanya syair-syairnya yang mendunia, tapi juga karena isi dari syair karya beliau tersebut yang membawa kita ke alam makripat. Membaca puisinya, serasa saya dibawa untuk berpikir tentang siapakah kita? mengapa kita ada? dan siapakah yang mencipta kita?.




Wujud keindahan dari puisi-puisi karyanya memang sudah banyak di terjemahkan ke dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia.Saya sendiri senang sekali jika saya membaca karya-karyanya, dan dari dinilah saya mulai menyenangi dunia tulis- menulis, yang salah satunya adalah menulis karya puisi.



Tentu karya saya tak dapat saya bandingkan dengan karya beliau, karena karya saya jauh dari keindahan yang sang pujangga Rumi ciptakan.Hanya saja seorang Rumi, bisa saja menjadi insfirasi bagi beberapa atau bahkan jutaan orang yang mulai berkarya, seperti halnya saya.

Disini saya kutip salah satu puisi beliau yang tentu sudah banyak yang mengetahuinya(jika anda termasuk penggemar puisi beliau).Dan saya sengaja mengutipnya dengan tiga bahasa.(Diambil dari berbagai sumber)



از جمادی مُردم و نامی شدم — وز نما مُردم بحیوان سرزدم

مُردم از حیوانی و آدم شدم — پس چه ترسم کی ز مردم کم شدم

حملهء دیگر بمیرم از بشر — تا برآرم از ملایک بال و پر

وز ملک هم بایدم جستن ز جو — کل شییء هالک الاوجهه

بار دیگر از ملک پران شوم — آنچه اندر وهم ناید آن شوم

پس عدم گردم عدم چو ارغنون — گویدم کانا الیه راجعون




I died as a mineral and became a plant,
I died as plant and rose to animal,
I died as animal and I was Man.
Why should I fear? When was I less by dying?
Yet once more I shall die as Man, to soar
With angels bless'd; but even from angelhood
I must pass on: all except God doth perish.
When I have sacrificed my angel-soul,
I shall become what no mind e'er conceived.
Oh, let me not exist! for Non-existence
Proclaims in organ tones,
To Him we shall return.



Aku mati sebagai mineral
dan menjelma sebagai tumbuhan,
aku mati sebagai tumbuhan
dan lahir kembali sebagai binatang.
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia.
Kenapa aku harus takut?
Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.

Sekali lagi,
aku masih harus mati sebagai manusia,
dan lahir di alam para malaikat.
Bahkan setelah menjelma sebagai malaikat,
aku masih harus mati lagi;
Karena, kecuali Tuhan,
tidak ada sesuatu yang kekal abadi.

Setelah kelahiranku sebagai malaikat,
aku masih akan menjelma lagi
dalam bentuk yang tak kupahami.
Ah, biarkan diriku lenyap,
memasuki kekosongan, kasunyataan
Karena hanya dalam kasunyataan itu
terdengar nyanyian mulia;

"Kepada Nya, kita semua akan kembali"



Ada satu lagi puisi yang saya senangi dari puisi beliau :

Tubuhku berdaki

Menerangi langit

Malaikat iri

Melihatku melejit.




Dan ada juga penyair sufistik yang lainnya,seperti misalnya An-Niffari.

Dalam Mauqif al-qurb :



Ia menghentikanku dalam posisi kedekatan,
dan berkata kepadaku:
Tak suatu pun lebih jauh dariku
terhadap sesuatu yang lain,
Tak satu pun lebih dekat dariku,
terhadap sesuatu yang lain,
Kecuali atas dasar hukum ketetapannya,
dalam hal kedekatan dan kejauhan,
Kejauhan diketahui dengan kedekatan,
kedekatan diketahui dengan wujud,
Akulah kedekatan yang tidak mencariku,
dan wujud yang tidak berakhir padaku.


Dan yang lainnya:

Akulah yang dekat,
tidak seperti kedekatan sesuatu dari sesuatu,
Akulah yang jauh
tidak seperti kejauhan sesuatu dari sesuatu.
Dekatmu bukanlah jauhmu,
Dan jauhmu bukanlah dekatmu.
Akulah yang dekat yang jauh,
dekat yang adalah jauh dan jauh yang adalah dekat.
Dekat yang kau ketahui ketahui adalah jarak,
Dan jauh yang kau ketahui adalah jarak,
Akulah yang dekat yang jauh tanpa jarak,
Aku lebih dekat dari lidah terhadap ucapannya,
tatkala ia menyebut sesuatu.
Maka yang menyaksikanku tidak menyebutku,
dan yang menyebutku tidak menyaksikanku.

Saya adalah penggemar puisi sufistik, karena disana selain saya bisa menuangkan ekspresi kepenulisan , juga saya sekaligus bisa atau dipaksa merenungi hakikat penciptaan dan siapa yang menciptakan.

Abdul hadi W.M.Beliau selain menulis puisi sufistik juga menerjemahkan karya dari bahasa lain kedalam bahasa indonesia.Termasuk menerjemahkan karya-karya Jalaluddin Rumi.







Saya juga senang sekali dengan karya-karya penyair lainnya seperti penyair Sujiwo Tejo, dan juga Emha Ainun Najib.Mereka salah satu yang saya kagumi karya-karyanya.

Salah satu karya Sujiwo sutejo (Mbah kuntet)

> Kidung Ki Kuntet " Al Masih Ad-Dajjal"

Dunia membara dengan panasnya, tatkala norma mulai fana.
Manusia dilindungi ketamakan, pongah dengan segala kerusakan ulah.

Al-Masih si mata satu, agung sebagai penyatu.
Dengan cahayanya membentang rengkuh dunia dan pesonanya menggelapkan mata.

"Kun fayakun, jadilah!",nyatalah apa yang diucapnya.
"Dialah Nabi, dialah nabi!" seru umat manusia.
mukjizat begitu nyata tatkala kedua tangannya bercahaya

"akulah Al-masih sang juru selamat, akulah pemimpinmu,
akulah si mata satu, maka sembahlah Tuhan )* yang satu"

Di keningnya tertulis "Kafir", dan hanya terlihat oleh orang-orang yang berfikir.







)* Definisinya adalah Iblis


Meski saya bukanlah seorang da'i apalagi seorang ulama', saya hanya seorang insan akhir zaman yang terlalu banyak salah dan khilaf, hanya mampu sekedar untuk meenafakuri diri, alam , ciptaan-Nya, dan Sang Pencipta.

Akhir kata mungkin saya hanya bisa berujar, bahwa tak ada yang lebih indah untuk di jadikan khayal tingkat tinggi kecuali Allah.Yang disana kita menyadari keberadaan kita sebagai mahluq-Nya.

Saya jadi teringat salah satu hadist qudsi ; " Dan segala sesuatu selain Allah adalah bathil".mungkin dari sini saya bisa berpikir, bahwa bersyair itu mungkin lebih tepat ditujukan hanya kepada Allah semata, apapun tema yang kita buat, karena segalanya tentu akan berbalik(baca:kembali) kepada ke Maha Kuasaan-Nya.

Wallohu'alam.

*Oleh: Nada 'poonymoony' Nurfauzie


Read More......